Selasa, 15 Agustus 2017

Macet: Mengapa Tidak Belajar dari Negara Lain?



Just Renungan:
Satu hal yang baru sekarang saya pikirkan.
Dulu Bulan November 2016 saya alhamdulillah bisa ke Malaysia dan Taiwan, hampir tidak terjadi kemacetan yang panjang seperti Jakarta dan Bogor. Waktu mau balik dari pusat kota Taipei ke Bandara butuh waktu lama karena jaraknya yang lumayan jauh. Kami berangkat sore menjelang magrib, sedangkan kira-kira jam 9 malam chek in dibuka. Sempat ragu-ragu bagaimana kalau macet. Bisa-bisa kami ketinggalan pesawat. Tetapi alhamdulillah, kami sampai kira-kira sejam sebelum check in. Bisa kita bayangkan kalau ada rapat di Bogor jam 8 malam, dan kita berangkat dari Jakpus magrib. Tentunya bisa terlambat rapat. 

Setelah mengingat-ingat dan berlogika, kemungkinan mengapa kota sebesar Taipei dan Malaysia bisa jarang macet karena transportasi publik mereka didominasi LRT, MRT, dan monorail bukan hanya angkot, bus, dan taksi. 
Jadi berpikir keras, apakah dulu sewaktu pemerintah negara Malaysia dan Taiwan berinisiatif membuat LRT, MRT, dan monorail, apakah saat itu rakyatnya membutuhkan ya?Saya pikir tidak, pemerintah kota Kualalumpur dan Taipei waktu itu sudah punya jalan yang bagus untuk kenyamanan masyarakatnya. 
Terus buat apa bikin LRT, MRT, dan Monorel yang akan menghabiskan/membuang-buang uang negara?

Baru mengerti, pemerintah berkomitmen membangun meski saat rakyat belum butuh. Saat rakyat Indonesia masih terjajah hanya butuh jalan setapak karena masih jalan kaki (bahkan ada yang masih pakai jurus terbang), penjajah Belanda sudah buat jalan raya yang sekarang menjadi tulang punggung distribusi dan pengembangan ekonomi kawasan. Jika kita memperhatikan data progress pembangunan jalan oleh pemerintah nasional, pasti kita terkejut karena indonesia sangat lambat dalam pembangunan infrastruktur jalan. Bahkan mungkin beberapa kabupaten di Indonesia hanya mampu "menambal" tidak menambah.

Baru mengerti, mengapa wilayah Jabodetabek selalu macet, karena dulu hanya membangun jalan. Dengan alasan belum dibutuhkan, pemerintah mengesampingkan pembuatan MRT, LRT, dan Monorel saat Malaysia dan Taiwan sudah berkomitmen membangunnya. Saat ini pemerintah baru berusaha membangun saat sudah sangat mendesak, dan macet menjadi penyakit yang kronis dan akut bagi warga ibukota. Saat negara baru menyadari bahwa kita membuang-buang triliunan rupiah bensin dan efisiensi kerja hanya karena kendaraan terjebak macet parah. 

jika Jakarta saja seperti ini, akankah kota-kota besar Indonesia lainnya akan bernasib sama?

Salam Dingin dan Adem dari Kota Hujan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar